Sebagaiwujud penghormatan kepada para Guru atas jasa-jasanya di bidang pendidikan, pemerintah kemudian menetapkan setiap tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional. Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, begitu ungkapan yang saya ingat saat mulai masuk ke sekolah. Ungkapan itu layaknya tepat mengingat peran guru begitu berarti bagi diri Guruadalah sosok yang harus bisa digugu dan ditiru. Ungkapan itulah yang selalu melekat pada seseorang yang berprofesi sebagai guru. kita sangat membutuhkan guru yang seharusnya menjadi pahlawan penyelamat bangsa yang mampu menyampaikan pesan–pesan pembelajaran kepada peserta didik yang penuh dengan tantangan. Karenaitu, kelahiran Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang semula diharapkan menjadi landasan dan tonggak penting dalam peningkatan idealisme dan peningkatan mutu, kesejahteraan serta martabat guru, sudah selayaknya diimplementasikan secara nyata. Sehingga, profesi sebagai guru menjadi benar-benar mulia dan bermartabat. RektorUniversitas Islam Indonesia (UII) Fathul Wahid mengataka Prof KH Abdul Kahar Muzakkir lahir di Yogyakarta, 26 April 1907. Beliau adalah cicit Kiai Hasan Bashari, seorang guru agama dan pimpinan thariqat Satariyah, yang dikenal juga sebagai salah satu komandan laskar Pangeran Diponegoro (Ketika berperang melawan Belanda 1825 1830). SosokPahlawan Baru. Guru besar Teknik Lingkungan ITS ini menjelaskan, tahun ini tema peringatan Hari Pahlawan adalah Semangat Pahlawan di Dadaku. Tema tersebut dapat dimaknai bahwa sesuai fitrahnya dalam diri setiap insan tertanam nilai-nilai kepahlawanan, oleh karenanya siapapun dapat menjadi pahlawan. “Setiap zaman memiliki pahlawannya NaskahPidato Tentang Guru Sebagai Sosok Pahlawan tanpa tanda jasa Naskah pidato tentang guru sebagai sosok pahlawan – Sosok guru memang tak bisa kita lepaskan dari kehidupan kita. Tapi untuk lebih memperbanyak artikel di blog ini tidak ada salahnya bila saya posting ulang contoh pidato yang bertemakan guru lagi. Berikut adalah transkrip . Artikel Tentang Guru Sebagai Sosok Pahlawan - Ganjar Pranowo -Artikel Tentang Guru Sebagai Sosok Pahlawan – Dalam rangka mengembangkan kapasitas profesional calon guru, 10 mahasiswa berprestasi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan FITK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang berdiskusi bagaimana menjadi guru inspiratif, di perpustakaan FITK. Siswa berbagi informasi tentang pengalaman menulis, bagaimana menjadi pembicara yang baik, kata-kata bijak tentang guru. Hal ini dimaksudkan agar mereka selalu termotivasi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Artikel Tentang Guru Sebagai Sosok Pahlawan Pertama, seorang guru yang baik menjelaskan, yaitu seorang guru yang mampu menjelaskan. Keterampilan menerjemahkan adalah keterampilan dasar. Guru tipe ini melakukan kegiatan pembelajaran sederhana, menjelaskan materi, kemudian siswa menarik kesimpulan. Belajar Dari Guru Hebat Di Lingkup Pendidikan Indonesia Kedua, guru unggul melakukan, yaitu. guru mampu melakukan. Di kelas, guru tidak hanya menjelaskan, tetapi juga mampu mendemonstrasikan apa yang telah diajarkannya. Dengan kata lain, memberikan contoh nyata kepada siswa. Misalnya guru menjelaskan manfaat diskusi, memberikan contoh langsung bagaimana melakukan diskusi dengan baik. Ketiga, guru terhebat menginspirasi, yaitu guru yang menginspirasi. Ini tidak sulit, tetapi guru perlu latihan untuk dapat memotivasi siswanya. Tipe ini jarang dimiliki oleh guru. Misalnya, pertimbangkan untuk menulis buku. Pengetahuan yang ditulis guru bertujuan agar siswa lebih semangat dalam belajar. Puisi Guruku Teladanku Yang harus diapresiasi dalam tiga hal adalah nilai pengabdian guru. Upaya guru mencerdaskan anak bangsa. Menjadikan guru sosok inspiratif yang selalu menginspirasi dan dikenang sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Suchi Aristanti, pembicara diskusi, mengatakan bahwa cara menjadi guru inspiratif adalah dengan bekerja melalui menulis. Baik karya sastra maupun karya ilmiah. Fokus pada pesan yang disampaikan kepada pembaca. Penting juga untuk memperhatikan pilihan kata Sebagai calon guru, posisikan diri Anda sebagai siswa. Belajar tidak hanya dari informasi dosen selama perkuliahan, tetapi juga dari pengalaman kegagalan institusi. Belajar dari contoh tokoh dll. Banyak hal yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar dan inspirasi bahan ajar. Kunci sukses lainnya adalah jangan pernah mengeluh. Mengenal Sosok Sultan Muhammad Salahuddin Bima Hambatan menuju kesuksesan terkadang datang dari kemalasan. Mimpi besar harus diimbangi dengan kerja keras dan semangat. Mana Jab Wazad. Kamis, 31 Maret 2022, 2330 WIB Seiring berjalannya waktu, kemajuan teknologi semakin cepat, alam semesta menua. Namun, jika berbicara tentang sosok guru saat ini, citra pahlawan pendidikan Indonesia pada dasarnya masih diingat. Menghadirkan potret seorang guru hari ini adalah mengembalikan potret Ki Hazar Devantara, bapak pendidikan nasional Indonesia. Sebuah motto yang menjadi landasan pendidikan Indonesia. Ini mirip dengan semboyan yang didirikan oleh Taman Siswa pada tahun 1922. Namun sebagaimana berlaku dalam dunia pendidikan saat ini, slogan tersebut tetap relevan di era Revolusi Industri Didefinisikan sebagai seorang guru yang mampu menjadi teladan bagi murid-muridnya. Ketika datang ke contoh dan imitasi. Karenanya kita ingat pepatah “Guru kencing berdiri, murid lari”. Dengan kata lain, siswa akan meniru apa yang dilakukan guru. Oleh karena itu, guru hendaknya memberikan sikap keteladanan untuk memotivasi siswa melakukan pekerjaan yang baik dan bermanfaat dalam kehidupan. Ibu Pahlawan Kehidupan Yang Penuh Dengan Peran Relevan dengan kondisi dunia pendidikan saat ini baik di lingkungan formal maupun informal, guru harus menjadi sosok guru yang ideal saat ini. Karakter yang mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dan teknologi. Karakter tersebut dapat lahir melalui guru atau guru yang selalu dapat belajar sepanjang hayatnya atau dalam hal ini disebut juga guru-guru. Guru akan memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap hal-hal baru. Menurut KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru adalah orang yang berprofesi mengajar. Siswa adalah orang yang belajar; guru Berdasarkan dua arti kata tersebut, dapat dikatakan bahwa seorang guru adalah orang yang berprofesi mengajar dan yang mampu mengajar murid-muridnya. Guru yang bisa mengajar siswanya adalah guru dengan modal. Dari mana asal modalnya? Modal ini berasal dari kemampuan untuk mendidik diri sendiri. Kemampuan ini bersumber dari kesadaran diri guru sebagai guru profesional. UU no. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyebutkan Pasal 1 disebutkan “Guru adalah guru profesional yang melaksanakan tugas pokok mendidik, mengajar, membimbing, mengajar, melatih, dan mengevaluasi peserta didik atau peserta didik pada pendidikan formal.” jalur., Pendidikan dasar dan menengah pada tingkat akademik”. Guru profesional akan menghadirkan kepribadian yang terkait dengan empat kompetensi yang harus dimiliki seorang guru. Empat kompetensi disatukan menjadi satu kesatuan, yaitu kompetensi personal, akademik, sosial dan tentunya profesional. Kesadaran seorang guru akan tugas dan tugasnya serta kemampuan untuk mengikutinya akan menopang guru tersebut. Pengembangan diri untuk dapat meningkatkan kualitas diri. Dengan kemajuan teknologi yang dimiliki guru, siswa merasa senang, senang, tertantang dan termotivasi untuk belajar dan terus mempelajari hal-hal baru. Penguasaan hal-hal baru berdasarkan Panchasila yang tercermin dalam perilaku guru dan pelestarian karakter bangsa akan menginspirasi siswa. Guru yang cerdas akan menjadi guru yang kreatif, inovatif, berbudi pekerti luhur Menjadi Guru Inspiratif Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa calon guru adalah guru yang sadar akan profesi keguruannya guna menciptakan guru yang mampu menjadi panutan bagi siswanya. Inilah karakter guru zaman sekarang. Artinya ketika guru berada di tengah-tengah kesempatan untuk membangkitkan atau membangun motivasi, keinginan dan semangat dalam diri siswa atau orang lain disekitarnya. Guru yang demikian adalah orang yang selalu on fire, mampu meramaikan lingkungan. Lingkungan belajar di kelas akan bertahan jika guru mampu melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Suasana belajar di kelas akan menyenangkan jika guru mampu menggunakan metode pembelajaran yang menarik. Semangat belajar siswa akan meningkat jika guru memahami bahwa apa yang diajarkannya memiliki nilai dalam kehidupan. Bagaimana lingkungan akan dibangun? Tentu saja, ini membutuhkan kualifikasi dan keterampilan guru. Untuk itu, guru harus seperti api yang tidak pernah padam. Guru harus tetap semangat untuk memaksimalkan kesempatan belajar yang tersedia. Memilih metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan situasi, situasi dan tujuan pembelajaran. Terus berkreasi dalam mengembangkan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif untuk dapat menarik minat siswa dalam belajar dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar yang bermakna. Ini menjadi tantangan bagi guru. Tidak ada kata penyesalan dalam situasi apapun dan situasi berakhir dengan sendirinya. Pembatasan bersyarat merupakan peluang besar bagi guru untuk berinovasi. Dimasa wabah, keterbatasan kapasitas dan berbagai permasalahan tidak menyurutkan semangat para guru. Inilah karakter guru zaman sekarang. Artinya, saat Anda tertinggal, guru dapat menyemangati dan menyemangati siswa Anda. Implementasinya dapat berupa mengamati, memantau dan membimbing siswa saat mereka menerapkan apa yang telah mereka pelajari. Dengan demikian guru terus memantau siswanya. Jangan biarkan mereka pergi begitu saja. Guru memiliki tanggung jawab yang besar, tanggung jawab moral untuk membimbing siswanya dalam ranah kehidupan yang nyata, yaitu kehidupan bermasyarakat. Sosok Guru Masa Kini Republica Netizen Blog bertujuan untuk mengungkapkan pemikiran, informasi, dan opini mengenai berbagai isu. Semua kontributor blog bertanggung jawab sepenuhnya atas konten, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublikasikan di blog ATAU. Aturan dan hukum yang berlaku untuk bahan tulisan UU Pers, UU ITE dan KUHP harus dihormati. Materi tertulis harus memenuhi prinsip jurnalistik, antara lain faktualitas, validitas, verifikasi, verifikasi dan double-checking, serta harus kredibel. Peran guru sebagai pendidik, guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, surat lamaran sebagai guru, artikel pahlawan nasional, sosok guru, artikel guru pahlawan tanpa tanda jasa, sosok pahlawan, peran guru sebagai motivator, lamaran kerja sebagai guru, peran guru sebagai pengajar, puisi pahlawan guru, rasulullah sebagai guru Guru adalah "Pahlawan Garda Terdepan dalam Dunia Pendidikan." Mungkin setidaknya kita pernah mendengar istilah "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" yang sering diucapkan pada saat momen baik itu hari guru nasional maupun hari pendidikan nasional di negeri kita tercinta ini. Namun, saya rasa gelar "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" saja tidak cukup untuk disematkan kepada seseorang yang telah banyak melahirkan sosok-sosok besar untuk kemajuan bangsa Indonesia dan seseorang yang telah banyak berjasa dalam mewujudkan salah satu cita-cita bangsa Indonesia. Sebagaimana yang tertuang dalam batang tubuh Pembukaan UUD 1945 alinea ke 4 yang berbunyi, "Mencerdaskan Kehidupan Bangsa .. " Selain itu pula, dalam UU No 20 Tahun 2003 pasal 3 yang berbunyi, "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab." Siapa lagi kalau bukan guru yang menjalankan peran utama di dalam UU tersebut. Maka dari itu menyematkan gelar lagi kepada guru sebagai Pahlawan Garda Depan dalam Dunia Pendidikan bukanlah hal yang terlalu berlebihan apalagi sulit untuk diterima oleh kita mengingat perannya yang begitu penting dalam mengajar, mendidik, dan menegakkan amanat Tujuan Pendidikan Nasional. Bagi saya, tidak semua guru dapat menyandang gelar yang telah disebutkan di atas. Karena kita semestinya harus objektif dalam menilai sesuatu. Bagi mereka yang memiliki keikhlasan, kesabaran, kepedulian, punya dedikasi yang tinggi untuk mengabdikan dirinya dalam dunia pendidikan dan sepenuh hati dalam mengajar dan membimbing peserta didik, adalah hakikat dari sebuah gelar yang kita sematkan kepada seorang guru. bukan semata-mata hanya gelar kosong tanpa makna tertentu. Apalagi pada sewaktu pandemi covid-19 yang lalu, tantangan guru pada saat itu untuk mengajar dan mendidik semakin berat. Guru harus bisa adaptif dan inovatif. Mulai dari adaptif dan terampil dalam menggunakan media pembelajaran yang berbasis digital hingga guru harus bisa menyesuaikan pembelajaran dengan pola kurikulum yang berbeda pula. Walaupun sekarang pemerintah telah menerapkan PTMT di sekolah-sekolah yang daerahnya masih minim penularan covid-19, namun tidak ada salahnya mengingat usaha para guru-guru kita yang mampu bertahan tetapi tetap terus menyelenggarakan proses pendidikan dalam kondisi tersebut. Maka dari itu, sebagai murid/peserta didik sudah semestinya kita mengapresiasi atas kerja keras dan usaha mereka yang tetap konsisten untuk tetap mengajar. Kesejahteraan Guru Tanah Air yang Tumpang TindihGelarnya Kadang tak Sebanding dengan Kesejahteraannya bady abbas/UnsplashApabila dokter dan perawat disebut sebagai sosok pahlawan garis depan dalam dunia kesehatan dan medis, Maka guru harusnya adalah sosok pahlawan garis depan pula di dalam dunia pendidikan. Guru bukan hanya pahlawan tanpa tanda jasa saja, tetapi lebih dari itu, yakni Pahlawan garda depan dunia pendidikan. Pandemi ini benar-benar membuktikan bagaimana guru kita tetap memberikan pelayanan pendidikan. Entah yang lewat daring maupun PTMT. Dari situlah Pahlawan Garda Depan dalam Dunia Pendidikan memang benar-benar nyata tanpa dibuat-buat. Walaupun guru adalah pahlawan garda depan dalam dunia pendidikan maupun pahlawan tanpa tanda jasa, sejatinya mereka adalah manusia pula sama seperti kita yang perlu kesejahteraan. Mereka juga perlu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari yang dalam artinya bukan pahlawan tanpa rasa. Kita sering mendengar berita buruh berdemo menuntut agar gaji mereka sesuai dengan UMR, tetapi jarang sekali kita mendengar isu tentang guru berdemo menuntut gaji mereka. Beritanya ada, tetapi jarang sekali di-up ke media massa. Guru Honorer dan Guru PNS adalah profesi yang sama namun berbeda. Sama dalam artian mereka punya fungsi dan jasa yang sama besar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sama-sama pahlawan dalam dunia pendidikan. Namun, berbeda dalam hal kesejahteraan. Guru PNS tentu akan menerima gaji sesuai dengan tingkat/golongannya entah itu yang pangkat Guru Madya, Guru Muda, Guru Utama dan lain-lainnya. Apakah guru yang bekerja honorer demikian ? oh tentu saja tidak. Manusia dengan segala idealisme untuk mengajar dan mendidik adalah istilah yang cocok untuk menggambarkan status guru honorer. Saya ingat dengan kisah seorang tokoh filosof yang pekerjaannya lebih banyak keluyuran daripada berdiam di rumah. Berjalan dari satu sudut ke sudut yang lain, pergi ke pasar dan alun-alun hanya untuk bertanya tentang kebenaran kepada siapa saja. Benar, adalah Socrates seorang tokoh filosof yang selalu hidup dalam idealismenya untuk mencari kebenaran yang sejati. Jika boleh saya sebutkan, mungkin guru honorer di indonesia adalah seorang socrates di zaman modern. Kesimpulan akhir, saya sangat betul-betul menjunjung tinggi gelar tadi yang kita sematkan pada guru-guru kita semua. Namun disamping itu, guru juga adalah manusia yang punya kebutuhan fisiologis sama seperti kita. kita seharusnya tidak tutup mata atas isu persoalan yang dialami oleh guru-guru di tanah air. Jangan sampai kita memiliki pemikiran bahwa gelar tersebut diberikan hanya untuk menjadi dalih/menutup-nutupi problem yang sudah lama bercokol dan masih belum ada penyelesaian yang pas hingga sekarang ini. Namun gelar tersebut haruslah tulus diberikan dari lubuk hati yang dalam. Semoga persoalan tersebut oleh para pemegang kuasa di negeri ini setidaknya diberikan sedikit perhatian yang lebih supaya pendidikan kita bisa lebih maju dari negeri seberang sehingga cita-cita Indonesia Golden Age 2045 bisa terwujud pada masa depan. Asfar Tanjung Pengurus BAN S/M Sumbar Guru salah satu profesi sangat berharga dan luar biasa. Sesosok insan manusia yang sangat berperan besar mentrasfer ilmu kepada banyak orang, khususnya kepada anak didiknya. Tugas guru itu sangatlah mulia, karena gurulah seseorang bisa pandai membaca dan menulis, dan karena berkat jasa beliulah kita ini bisa berkembang seperti saat ini. Sangat pantaslah guru itu disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, karena kita yang hidup sukses meraih berbagai prestasi di dunia ini, berkat jasa guru. Namun, tanda jasanya tidak pernah disematkan kepada para guru. Inilah keberadaan sesosok guru yang berhasil bisa mencerdasakan anak bangsa. Tugas guru itu komplik dan minimal ada tujuh bentuk tugas mulia diembannya. Yakni, mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Ketujuh tugas ini melekat dalam sosok pribadi setiap guru, bicara dan tutur kata dan karakternya saja menjadi pembelajaran yang harus diikuti anak didiknya. Tugas sebagai pendidik diharapkan bisa mengarahkan atau membimbing para siswa pada jalan benar, bisa mengubah perilaku dan kepribadian anak didik ke arah yang benar, dan terhindar dari kesalahan dan kealfaan. Serta, menjadikan seorang punya kepribadian yang bisa ditiru dan diteladani. Inilah contoh dan suri teladan yang diberikan setiap sosok pribadi guru dalam mendidik anak bangsa. Dalam hal tugas guru sebagai pengajar, bisa mentransfer ilmu kepada anak didiknya untuk berkembang, dan di sinilah peran guru untuk berbagi ilmu yang dimilikinya. Hal ini luar biasa manfaat dan pengaruhnya bagi anak didik, serta orang menimba ilmu kepada guru. Dengan keikhlasan seorang guru, berbagai ilmu yang disebarkan bisa berkembang. Akhirnya, dinikmati hasilnya oleh banyak orang dan di sinilah peran guru sebagai pengajar. Guru sebagai sosok pengarah dan pelatih, tentu juga sangat diharapkan dalam dunia penidikan. Betapapun pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi di era yang dikenal industri ini, namun peran guru tetap sangat dominan. Dengan kepiawaian gurulah bisa mengarahkan dan memberikan pelatihan. Dengan cara itu, bisa memberikan contoh dan perumpamaan agar anak didik bisa paham dan memahami setiap perkembngan materi pendidikan yang diberikan. Untuk persoalan guru sebagai pengarah dan pelatih, sudah sangat dirasakan saat sekarang. Hampir dua tahun proses PBM tidak berjalan maksimal, hanya melalui sistem daring akibat pandemi Covid-19. Ternyata hasil yang dicapai peserta didik tidak maksimal, banyak yang menjerit untuk kembali ke sekolah belajar seperti biasa dan bertemu guru untuk saling interaktif. Sosok guru yang dirindukan para murid dan anak didiknya ternyata jadi kenyataan sangat diperlukan dan dibutuhkan kehadirannya di tengah-tengah murid. Itulah sebabnya, keberadaan sosok guru sangat dibutuhkan dan itulah jasa yang tidak pernah luntur, serta dikenang sampai kapan pun. Sosok guru sebagai penilai dan pengevaluasi bagian tugas mulia yang melekat dalam diri pribadi setiap guru. Tentu saja, sangat berperan untuk kejayaan ilmu yang telah ditransfer itu. Di mana, penilaian yang dilakukan seorang guru dan dibarengi dengan evaluasi, sangatlah besar pengaruhnya agar peserta didik tidak tersalahkan dalam mengemban ilmu yang didapatkan dari guru. Inilah hebatnya guru, mereka tidak ingin anak didiknya keliru dan salah memahami materi ilmu yang diberikan. Makanya, guru dibutuhkan untuk merefleksi dengan cara menilai dan mengevaluasi keberadaan ilmu yang diberikan, serta dikembangkan. Untuk itu, sosok setiap pribadi guru dengan tujuh tugas pokok yang melekat dalam dirinya, tidak hanya mengembangkan dan mengajarkan. Namun, mengevaluasi dan menilai ilmu yang dikembangkan itu termasuk menjadi pekerjaan setiap guru. Makanya, sangatlah pantas seseorang yang berprofesi sebagai guru disebut seorang “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”, jasanya tidak terbilang dan sampai hari belum ada kita mendengar seorang guru disematkan tanda jasa sebagai pahlawan guru. Hari ini dan tanggal 25 November yang dikenal dengan Hari Guru bertemakan “Bergerak dengan hati pulihkan pendidikan”, tentu saja mengingatkan para guru dan memang itulah sosok guru. Bahwa, guru dalam menyumbangkan pikiran dan tenaganya dengan ikhlas, mengajar dan mengembangkan ilmu dengan hati. Kalaulah tidak dengan hati, tentu saja para anak didik yang menimba ilmu dari seorang guru tidak bisa mendapatkan dengan baik. Jadi, seorang guru yang mengajar dengan ikhlas, biasanya berdampak pada penerimaan seseorang peserta didik, atau orang belajar sama guru. Kalau tahun ini tema peringatan Hari Guru bergerak degan hati, pulihkan pendidikan, sangatlah tepat. Apalagi, saat pandemi suasana pendidikan dan proses pembelajaran tidak berjalan maksimal karena belajar dengan sistem baring. Seiring era new normal sekarang, tentu diharapkan keberadaan guru mengajar dengan sepenuh hati bisa memulihkan pendidikan. Jelas, peran seorang guru tidak pernah bisa digantikan dengan cara dan bentuk lain. Walaupun di masa pandemi sudah digantikan dengan sistem IT, memakai video, Zoom , Google Meet dan lainnya, ternyata hal itu tidak bisa memuaskan peserta didik, apalagi bagi kalangan peserta didik pemula dan orang tidak memiliki sarana untuk itu. Jelas, sangat menjadi halangan dan rintangan dalam memahami pembelajaran yang diberikan guru. Selamat Hari Guru, sosokmu tetap dibutuhkan dalam dunia pendidikan untuk mengembangkan ilmu kepada banyak orang, jasamu tak terbilang, dan tidak bisa digantikan walaupun era berganti. Sangatlah tepat moto dan tema Hari Guru “Bergerak dengan hati memulihkan pendidikan di saat pandemi.” Sekali lagi selamat Hari Guru. Semoga guru tetap jaya dan berkiprah membangun sumber daya manusia. Sebagai pahlawan tanpa tanda jasa jasamu tidak terbilang, tapi tetap terkenang dan terkenal. Berkat jasamulah aku dan engkau dan kita semua jadi bisa begini. Selamat dan sukses para guru…* Artikel ini membahas tentang 7 tokoh fiksi yang sangat menginspirasi untuk menjadi guru yang lebih baik. — Semua tahu, guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Nah, pada peringatan Hari Pahlawan kali ini, Ruangguru akan mengulas tujuh tokoh guru dalam cerita fiksi yang bisa menginspirasi kamu. Siapa saja? Supaya tidak berlama-lama penasaran, simak yuk! 1. Severus Snape Harry Potter Kalau kamu suka dengan kisah Harry Potter, pasti tidak asing dengan tokoh yang satu ini. Ia adalah salah satu guru yang mengajar pelajaran Ilmu Pertahanan Sihir, serta membuat ramuan di Sekolah Sihir Hogwarts. Tokoh yang diperankan oleh Alan Rickman ini punya karakter unik dan misterius. Dari seri pertama Harry Potter, Snape selalu digambarkan sebagai sosok guru yang terkesan jahat, dingin, dan tidak bersahabat. Bahkan awalnya banyak yang mengira ia adalah sosok guru yang antagonis dan bertentangan dengan misi Harry Potter. Apalagi, ia dulu juga termasuk dalam salah satu anggota Death Eaters pengikut Voldemort. Severus Snape. Sumber Padahal, soal kesetiaan tak perlu diuji. Sampai akhir hayatnya, Snape tetap setia pada Dumbledore dan Hogwarts. Hal ini dibuktikan dalam adegan film Harry Potter The Deathly Hallows saat Severus rela mengorbankan diri dan tetap setia pada Dumbledore. Hingga akhirnya, rela dibunuh Voldemort dan tetap bersandiwara serta melindungi Harry, juga menjalankan amanah Dumbledore. Snape adalah sosok yang diam-diam selalu menjadi penyelamat bagi Harry dan teman-temannya. Padahal Harry dari awal bertemu tidak pernah menyukainya. Salah satu contohnya adalah ketika Harry yang sedang bertanding Quidditch dan dimantrai oleh Profesor Quirrell. Secara diam-diam, Snape meluncurkan mantra penangkal demi menyelamatkan Harry. Meskipun ia pemarah, namun di sisi lain ia merupakan sosok baik hati. Ketegasannya yang seringkali membuat siswa takut, menunjukkan bahwa ia serius mengajar demi mencerdaskan siswanya. Walau agak tempramental, namun bisa mendisiplinkan siswanya agar tekun belajar. 2. Master Shifu Kung Fu Panda Tokoh Master Shifu pada film Kung Fu Panda adalah guru yang sangat keras. Awalnya, ia tidak percaya bahwa Po punya potensi untuk menjadi seorang master kung fu. Oleh karenanya, ia melatih Po secara keras agar tidak kerasan dan keluar dari perguruan. Namun, setelah diyakini oleh Master Oogway, Shifu pun mencoba percaya dan menghargai kerja keras Po. Master Shifu. Sumber Masalah timbul ketika ia harus melatih Po secara cepat untuk menghadapi Tai Lung. Selama mengajar Po, ia melihat Po melakukan hal-hal fisik yang luar biasa saat dimotivasi makanan. Sejak mengetahui hal tersebut, ia mengubah metode pengajarannya dengan menggunakan makanan sebagai media untuk berlatih kung fu. Penerapan metode ini pun berhasil membuat Po sukses melawan Tai Lung. Nah, sebagai sosok guru memang harus mau tahu metode pembelajaran yang tepat untuk masing-masing siswa. Psst, dalam dunia nyata, tokoh Master Shifu ini merupakan hewan panda merah. Nama ilmiahnya adalah Aiurus fulgens yang kekuatannya maha dahsyat. 3. Charles Xavier Profesor X dalam X-Men Profesor X. Sumber pinterest Tokoh yang satu ini dikenal lumpuh sepanjang komik X-Men. Sosok yang kerap muncul dengan kursi rodanya ini merupakan kepala sekolah sekaligus guru di Sekolah Xavier. Ia adalah seorang telepatis tingkat tinggi yang bisa membaca, mengontrol, dan mempengaruhi pikiran manusia. Selain itu, ia juga seorang otoritas terkemuka pada genetika, mutasi, serta kekuatan psionic. Karakternya yang patut dicontoh adalah ia memancing para siswanya untuk menggali dan mengeksplorasi potensi masing-masing. Hal ini ditujukan untuk mempromosikan pengakuan damai hak mutan dan menengahi koeksistensi mutan dan manusia. Para siswanya mengenal Profesor X sebagai guru yang visioner. Misi mereka disebut sebagai “mimpi Xavier”. Ia sangat dihormati oleh berbagai kalangan. Well, demikianlah sosok guru yang patut dicontoh. Harus mendorong siswa untuk mengenal dan mengasah bakatnya. Selain itu, juga harus mendukung agar bakatnya dapat dimanfaatkan secara positif. 4. Mr. Han Karate Kid Mr. Han. Sumber theiapolis Metode latihan dari terbilang unik. Di awal latihan, Dre hanya diminta untuk menggantungkan jaket yang dikenakannya di gantungan berkali-kali. Menggantung, menjatuhkannya, dan meletakkannya lagi. Ia punya kebiasaan buruk yaitu malas meletakkan jaket di gantungan dan menjatuhkannya begitu saja di lantai meski sering ditegur ibunya. Dre melakukannya dengan sungut-sungut karena bosan dan jengkel. Namun ternyata, gerakan ini adalah salah satu dari jurus bertahan dalam kung fu. Hanya dengan gerakan menggantungkan jaket, Dre jadi mampu menahan serangan pukulan dan tendangan. mengatakan bahwa itu adalah pelajaran dalam kehidupan secara umum. Bukan pukulan dan kekuasaan, melainkkan ketenangan dan kedewasaan adalahkunci yang benar untuk menguasai seni bela diri. Hal yang bisa ditiru dari sosok adalah ia tidak hanya berbagi ilmu, namun juga menekankan norma-norma kehidupan. 5. Master Yoda Star Wars Yoda merupakan salah satu Master Jedi paling kuat dan terkenal dalam sejarah galaksi. Ia adalah anggota dari spesies misterus yang tidak pernah diungkap, dan hanya diberi nama spesies Yoda. Sosoknya dikenal karena kebijaksanaannya yang sudah sangat melegenda, master force, dan keterampilannya menggunakan lightsaber. Master Yoda. Sumber fictionalinterviews Meskipun ia memiliki kekuatan yang sangat besar, ia lebih memilih untuk mendedikasikan seluruh hidupnya untuk mengajar ketimbang berjuang. Pada salah satu episode, ada adegan di mana Luke Skywalker berlatih menjadi ksatria Jedi di bawah pengawasan Yoda. Dengan gaya bahasa yang khas dan suka membolak-balik antara subjek dan predikat, ia berkata “Try not. Do or do not. There is no try.”. Kalimat ini membuat kita merefleksi diri, apa sudah mengeluarkan seluruh kemampuan terbaik? Sering kali dengan dalih coba-coba, kita berusaha seadanya. Betul, tidak? Dengan mental secetek ini, tidak usah heran jika hasil akhirnya mengecewakan. Bagi Yoda, daripada berusaha setengah-setengah, lebih baik tidak usah sama sekali. 6. Kakashi Hatake Naruto Kakashi. Sumber Sosok guru fiksi yang satu ini mempunya banyak penggemar. Ia merupakan guru dari Naruto, Sasuke, dan Sakura. Selain itu, ia juga dikenal sebagai “Kakashi si ninja peniru” dan memiliki banyak jurus-jurus ninja yang luar biasa. Ia mempunyai peliharan seekor anjing yang kerap membantunya untuk menjalankan banyak misi. Sosok guru yang santai namun juga serius ini membawa siswanya berhasil menjadi sosok yang berhasil menggapai cita-citanya. 7. Dewey Finn School of Rock Tokoh guru dalam film School of Rock ini berawal ketika ia menjadi personil di salah satu band rock. Sayangnya, ia dikeluarkan dan kebingungan mencari uang agar mampu membayar sewa tempat tinggalnya. Finn tinggal bersama temannya yang bernama Schneebly yang berprofesi sebagai guru pengganti guru honorer. Lalu, kekasih Schneebly menyarankan agar Finn segera mencari pekerjaan karena menurutnya Finn pemalas dan benalu. Dewey Finn. Sumber rockcult Finn pun tidak kehabisan akal. Ia nekat menyamar sebagai Schneebly untuk menggantikan seorang guru yang sedang cedera. Keputusan ini ia ambil tanpa sepengetahuan dan persetujuan dari Schneebly lho. Awalnya, ia hanya ingin mengejar honornya saja, tanpa ada niatan untuk mengajar. Namun, karena ia melihat banyak siswa yang berbakat dalam bidang musik, tercetus sebuah ide baru lagi. Ia hendak mengikutsertakan seluruh siswanya untuk sebuah kompetisi band rock. Terlebih, jika berhasil menang tentu uangnya bisa ia gunakan. Lalu, mulailah Finn mengajar musik kepada para siswa dan kemudian membentuk sebuah band yang dinamakan The School of Rock. Hal ini tentu memunculkan pertentangan, baik dari pihak sekolah maupun orang tua. Namun Finn tetap maju karena siswanya pun mendukung. Pantang menyerah serta keceriaan yang Finn bawa membuat siswa-siswi di kelasnya merasa nyaman untuk belajar. Akhirnya hasil kerja keras latihan bisa terbayar di sebuah panggung dengan penampilan yang spektakuler. Demikianlah tujuh sosok guru dalam cerita fiksi yang bisa menginspirasi dan membuatmu BanggaJadiGuru. Kalau guru fiksi andalanmu siapa, smart buddies? Share di kolom komentar yuk! Selamat Hari Pahlawan! IH/TN Tak perlu diperdebatkan lagi, dua figur berikut ini adalah pelita pengubah bangsa. Menurut pandangan saya, pahlawan adalah orang yang membela tanah air dan berusaha membebaskan bangsa dari penjajahan. Dan guru adalah orang yang membagikan ilmu dan juga pengalaman pada kita. Sering kita dengar bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, guru memang pahlawan yang berusaha untuk membebaskan bangsa dari penjajahan yang bernama “kebodohan”. Jika kita mendengar kata “guru”, bayangan kita akan lari pada sesosok “Oemar Bakrie” yang dinyanyikan oleh penyanyi kawakan Iwan Fals yang mencoba mendeskripsikan guru. Guru sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya pembimbing. Dalam bahasa Jawa, guru adalah “digugu lan ditiru”, artinya didengarkan dan dicontoh. Guru merupakan panutan bagi anak didiknya atau bahkan lingkungan sekitarnya. Menurut wikipedia, guru adalah seorang pengajar suatu ilmu, dan dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk kepada pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, dan melatih anak didik. Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru. Guru pertama kita adalah orangtua, dan guru, baik formal maupun informal, adalah representasi dari orangtua. Daoed Yoesoef 1980 menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan. Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika. WF Connell 1972 membedakan tujuh peran seorang guru yaitu 1 pendidik nurturer, 2 model, 3 pengajar dan pembimbing, 4 pelajar learner, 5 komunikator terhadap masyarakat setempat, 6 pekerja administrasi, serta 7 kesetiaan terhadap lembaga. Guru merupakan salah satu unsur dalam sistem pendidikan, dan merupakan unsur terpenting dan terdepan dalam penentuan hasil akhir dari sebuah proses pembelajaran. Guru berhubungan langsung dengan masa depan sebuah bangsa. Namun juga guru harus mengikuti sistem yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang masih mengandalkan sisi akademik, namun dari sisi moral kurang tersentuh. Guru memiliki sifat-sifat dari seorang pahlawan, namun ada beberapa oknum tertentu yang kurang bisa menyesuaikan diri dengan sifat pahlawan tersebut, sehingga dalam melakukan pengabdian hanya setengah hati. Namun itu juga tidak bisa disalahkan, karena sangat manusiawi jika guru mempunyai kebutuhan hidup. Akan tetapi masih ada sosok pahlawan dalam hati sanubari guru yang dengan bermodalkan dedikasi dan semangat yang luar biasa mendidik dan mengajar siswa dengan gaji yang minim demi kemajuan bangsa. Mereka tidak mengharapkan gelar. Biarlah Ibu Pertiwi sebagai saksi bisu dan jasa mereka akan selalu terkenang dalam sanubari anak didiknya. Guru hendaknya tidak hanya mengajar sekaligus pembelajar, Guru adalah pekerja sosial yang bertugas mencerdaskan anak didiknya bukan mengutamakan komersil belaka. Pahlawan jaman dulu berjuang melawan kemerdekaan saat ini Indonesia sudah merdeka sebagai generasi penerus bangsa kita tinggal meneruskan cita-cita pahlawan melalui pendidikan. Guru sebagai pejuang pendidikan, mereka berjuang melawan korupsi dan kolusi melalui tindakan, pengajaran, inovasi. Metode pengajaran yang hanya satu arah, diubah dengan metode dua arah, dimana terjadi interaksi antara guru dan murid. Dan tidak hanya mementingkan nilai akademik saja, namun juga pendidikan moral bermasyarakat. Mari kita tengok sejenak perjalanan hidup dari salah satu pahlawan pendidikan yang napak tilasnya terekam hingga diabadikan sebagai Bapak Pendidikan Indonesia, hari lahirnya dijadikan Hari Pendidikan Nasional. Raden Mas Soewardi Soerjaningrat lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda. Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, “Tut Wuri Handayani”, menjadi slogan Departemen Pendidikan Nasional. Soewardi berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta. Ia menamatkan pendidikan dasar di ELS Sekolah Dasar Eropa/Belanda. Kemudian sempat melanjut ke STOVIA Sekolah Dokter Bumiputera, tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya komunikatif dan tajam dengan semangat anti kolonial. Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Sejak berdirinya Boedi Oetomo tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Jawa pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kongres pertama di Yogyakarta juga diorganisasi olehnya. Soewardi muda juga menjadi anggota organisasi Insulinde, suatu organisasi multietnik yang didominasi kaum Indo yang memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda. Sewaktu pemerintah Hindia Belanda berniat mengumpulkan sumbangan dari warga, termasuk pribumi, untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari Perancis pada tahun 1913, timbul reaksi kritis dari kalangan nasionalis, termasuk Soewardi. Ia kemudian menulis “Een voor Allen maar Ook Allen voor Een” atau “Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga”. Namun kolom yang paling terkenal adalah “Seandainya Aku Seorang Belanda” judul asli “Als ik eens Nederlander was”, dimuat dalam surat kabar De Expres tahun 1913. Isi artikel ini terasa pedas sekali di kalangan pejabat Hindia Belanda. Kutipan tulisan tersebut antara lain sebagai berikut “Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya”. Akibat tulisan ini ia ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenburg dan akan diasingkan ke Pulau Bangka atas permintaan sendiri. Namun demikian kedua rekannya, Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo, memprotes dan akhirnya mereka bertiga diasingkan ke Belanda 1913. Ketiga tokoh ini dikenal sebagai “Tiga Serangkai”. Soewardi kala itu baru berusia 24 tahun. Dalam pengasingan di Belanda, Soewardi aktif dalam organisasi para pelajar asal Indonesia, Indische Vereeniging Perhimpunan Hindia. Di sinilah ia kemudian merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh Europeesche Akte, suatu ijazah pendidikan yang bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan yang didirikannya. Dalam studinya ini Soewardi terpikat pada ide-ide sejumlah tokoh pendidikan Barat, seperti Froebel dan Montessori, serta pergerakan pendidikan India, Santiniketan, oleh keluarga Tagore. Pengaruh-pengaruh inilah yang mendasarinya dalam mengembangkan sistem pendidikannya sendiri. Soewardi kembali ke Indonesia pada bulan September 1919. Segera kemudian ia bergabung dalam sekolah binaan saudaranya. Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang ia dirikan pada tanggal 3 Juli 1922 Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa. Saat ia genap berusia 40 tahun menurut hitungan penanggalan Jawa, ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara. Ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun jiwa. Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia. Secara utuh, semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi “ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” yang berarti di depan menjadi teladan, di tengah membangun semangat, dari belakang mendukung. Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia. Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, Ki Hadjar Dewantara diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia posnya disebut sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Pada tahun 1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan doctor honoris causa, dari universitas tertua Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan umum, ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya dijadikan Hari Pendidikan Nasional. Ki Hadjar Dewantara meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 26 April 1959. Betapa mulia dan besar jasa seorang guru dalam menyumbang kemajuan suatu bangsa. Guru disanjung dan dipuja begitu luar biasa karena diibaratkan sebagai pelita dalam kegelapan, sebagai embun penyejuk dalam kehausan, dan sebagai patriot pahlawan bangsa. Namun apakah cukup hanya berhenti pada sekadar sanjungan dan pujian ? Di zaman yang semakin susah ini, orang tidak akan mampu hidup hanya dengan sanjungan dan pujian. Gelar “pahlawan tanpa tanda jasa” tidak mampu memberi hidup yang layak bagi mereka, bahkan justru membebani. Di zaman ini yang dibutuhkan bukan sekadar sanjungan atau pujian atau gelar, lebih pada perhatian dan penghargaan atas suatu pengabdian yang begitu luar biasa. Jika bukan bangsa ini yang memberi apresiasi atau penghargaan yang selayaknya pada guru, lalu siapa lagi ? Ataukah kita harus berharap pada bangsa lain? Bukankah sejarah membuktikan bahwa kita tidak bisa berharap terlalu banyak pada bangsa lain ? Sungguh ironis, guru yang merupakan profesi yang amat mulia hanya dianugerahi gelar tanpa tanda jasa, Padahal gurulah yang mengantarkan manusia-manusia Indonesia menuju kepada keberhasilannya. Ibaratnya pengorbanan dan jerih payah para guru tidak dapat tergantikan, bahkan dengan penghargaan sekali pun. Suhartono Guru dalam Tinta Emas, 2006ix} menjelaskan bahwa kita bisa membaca dan menulis, guru yang mengajarkan. Kita dapat menduduki jabatan tertentu, guru jugalah yang menghantarkannya. Kita bisa berkreasi atau berwirausaha, ya tetap gurulah yang mempunyai andil besar. Tanpa guru kita tidak dapat seperti sekarang ini. Begitu besar peran seorang guru dalam kehidupan kita. Namun, ketika kita sudah berhasil meraih impian, kita cenderung melupakan jasa-jasa guru. Ketika murid-muridnya telah berhasil menjadi presiden, gubernur, pengusaha, atau apa pun, guru tetaptah guru dengan gaji yang pas-pasan. Yang berubah dari guru hanyalah usianya yang semakin menua. Kata-kata “pahlawan tanpa tanda jasa” diterjemahkan sebagai pengabdian yang tanpa pamrih. Sehingga tidak. mendapat penghargaan atau pun gaji yang layak tidak melawan atau memberontak. Dengan diberi gelar pahlawan dibaca orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran atau pejuang yang gagah berani, bukankah kata pahlawan mengandung makna yang luar biasa sehingga mampu menyihir ribuan guru di negeri ini? Sungguh, kata-kata tersebut seperti senjata makan tuan. Nasib guru dari dulu sampai saat mi sepertinya tidak mengalami perubahan yang signifikan. Bahkan Iwan Fals dalam salah satu lagunya yang berjudul Oemar Bakrie” mengisahkan tentang nasib guru yang memilukan. Dalam lagu tersebut digambarkan sesosok guru yang bernama Oemar Baknie, yang mengabdikan seluruh hidupnya dengan penuh dedikasi sampai usia tua. Meskipun gajinya yang kecil sering “disunat” sehingga semaikin kecil, namun Oemar Bakrie tetap semangat mengajar murid-muridnya. Saat munid-muridnya telah “jadi orang”, sosok guru Oemar Bakrie tetap saja sederhana kalau tidak boleh dikatakan miskin, dan nasibnya pun tak kunjung membaik. Di zaman yang serba komputer, serba instan, dan serba modern mi, nasib guru masih tidak jauh berbeda dengan Oemar Bakrie dalam gambaran Iwan Fals. Seharusnya kesejahteraan guru, baik PNS maupun non-PNS menjadi prioritas perhatian pemerintah. Terlebih para guru yang mengajar di SD dan SMP. Karena, para guru SD dan SMP merupakan bagian dari program wajib belajar. Dalam pelaksanaannya program wajib belajar ini pun melibatkan peran guru non-PNS,. OIeh karena itu, sudah seharusnya jika pemerintah bertanggung jawab atas kesejahteraan mereka, Sertifikasi yang saat ini tengah hangat diperbincangkan di kalangan para guru dan dunia pendidikan pada umumnya menjadi secercah harapan bagi para guru. Meskipun pada kenyataannya proses sertifikasi itu sendiri menjadi begitu rumit karena banyak sekali komponen atau syarat-syarat yang harus dipenuhi. Namun demikian bila seorang guru dinyatakan lulus uji sertifikasi, maka guru tersebut berhak atas tunjangan profesi sebesar satu kali gaji. Hal tersebut berlaku untuk guru negeri maupun swasta. Tunjangan bagi para guru yang lulus sertiflkasi tersebut akan diperoleh dari pemerintah. Kita semua harus menyadari bahwa ujung tombak pendidikan nasional adalah guru. Bila ujung tombak tersebut tidak mendapat perhatian sebaik-baiknya, maka tidak mungkin negeri ini akan semakin terpuruk. Keceriaan para guru menjadi keceriaan bangsa ini. Sebenarnya siapa saja yang bisa disebut sebagai pahlawan pendidikan itu ? Teringat akan beberapa sosok pahlawan nasional yang bergerak di bidang pendidikan dengan tujuan mulia yakni mencerdasakan anak bangsa. Sebut saja Ki Hajar Dewantara yang merupakan salah satu pelopor pendidikan dengan mendirikan Taman Siswa dan banyak mengangkat anak-anak bangsa khususnya yang dari kalangan pribumi. Sedangkan RA Kartini, atau Dewi Sartika juga srikandi di dunia pendidikan dengan mengangkat harkat dan martabat kaumnya meskipun menghadapi kendala yakni nilai-nilai yang berlaku di masa mereka yang sangat menentang hal tersebut. Apakah semua guru itu adalah pahlawan pendidikan? Tidak semua orang yang berprofesi sebagai guru itu benar-benar orang yang mendedikasikan diri untuk memajukan pendidikan bagi sekitarnya. Ada segelintir yang menjadikan profesi pendidik dalam kata lain guru sebagai pelarian sementara sebelum menemukan pekerjaan yang diidam-idamkannya. Jadi pendek kata bukan itu panggilan jiwanya, dan pastinya salah satu andilnya adalah kesejahteraan. Menyoal kesejahteraan guru, memang hal ini menjadi masalah utama yang harus dihadapi. Di satu sisi guru di beberapa bagian negeri sudah menikmati berbagai fasilitas yang memadai seperti tunjangan, sertifikasi dan lainnya, sementara banyak guru lain yang harus berjuang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hingga ada yang setelah mengajar menjadi juru parkir, pemulung atau mengajar privat dari pintu ke pintu karena penghasilannya yang tidak memadai. Dari sini kadang kesejahteraan berpengaruh pada kinerja serta kemaksimalan seorang pendidik dalam menghidupkan lentera ilmu dalam diri anak-anak didiknya, terlebih jika guru tersebut mengabdi di tempat-tempat terpencil yang jauh dari fasilitas perkotaan yang memadai dan dengan sarana prasarana ala kadarnya. Barangkali bila sang pendidik itu tidak mempunyai gairah kuat dalam dirinya sebagai lentera bagi masyarakatnya, bisa jadi dia akan pergi dan meninggalkan tempat mengajarnya dalam kegelapan. Namun bersyukur masih banyak orang-orang yang mengabdikan dirinya sebagai pendidik di tempat-tempat yang jauh seperti di pedalaman, mereka melakukan segalanya melalui kendala dan keterbatasannya dengan satu misi, yakni mencerdaskan serta memberi sinar terang bagi daerah yang ditempatinya. Program Indonesia Mengajar, dimana programnya menempatkan muda-mudi terpilih untuk mengajar di berbagai wilayah di seluruh Indonesia, juga menjadi salah satu program untuk mencerdaskan anak-anak bangsa utamanya di kawasan terpencil. Para pengajar muda ini ditempatkan di berbagai sekolah diseluruh Indonesia untuk mengajar selama satu tahun, dan diutamakan kawasan yang sulit dijangkau fasilitas perkotaan, dan tentunya hanya dipilih yang benar-benar punya integritas tinggi tanpa pamrih untuk mengabdi pada daerah yang jadi pilihan. Walaupun mungkin masih belum seperti para guru yang rela menempuh jarak berkilo-kilo demi mencapai sekolahnya dengan rasa rela dan ridha untuk berbagi. Profesi pendidik sekali lagi merupakan profesi yang sangat mulia, karena dari pendidiklah semua profesi dicetak. Mau jadi ekonom, agamawan, ilmuwan, astronom dan lain-lainnya semua itu takkan ada bila tidak ada yang mendidiknya dan itu merupakan proses getok tular yang terus menerus dan takkan berhenti. Saya sadar kalau tidak semua pendidik itu bisa disebut sebagai pahlawan pendidikan. Karena seperti yang telah saya tulis sebelumnya, tidak semua orang yang jadi pendidik itu benar-benar berjiwa pendidik, siap mendidik dan juga dididik. Sementara gelar pahlawan pendidikan itu bukanlah penggelaran dari diri pendidik itu sendiri, melainkan diberikan oleh orang sekitarnya, yang merasakan kiprah sosok ini dalam memajukan daerahnya. Bukan sekedar mendidik, tapi juga memberi kontribusi sekecil apapun itu bagi dunia pendidikan. Meskipun mungkin dia bukanlah seperti Ki Hadjar Dewantara, RA Kartini atau bahkan selevel Dewi Sartika, masyarakat yang memberi penilaian. Semoga para guru diseluruh Indonesia dan dimanapun mereka berada bisa lebih meneladani sosok pahlawan pendidikan yang telah memberi warna bagi kemajuan pendidikan di negeri yang masih berkutat dengan segala permasalahan yang ada saat ini. Pemerintah Indonesia seharusnya meningkatkan pendidikan di seluruh daerah di Indonesia. Peningkatan harus dilakukan merata dan tidak condong ke beberapa daerah saja. Sayangnya, masih banyak daerah di Indonesia yang dianak-tirikan oleh pemerintahan di pusat. Mereka merasa tidak mendapat perhatian yang layak, dan itu terlihat jelas dari pendidikan di daerah mereka yang masih jauh ketinggalan. Salah satu daerah yang mengeluh tersebut adalah Papua. Kemakmuran seakan-akan jauh dari Bumi Cendrawasih. Kemiskinan berada di setiap penjuru desa. Fasilitas kesehatan masih sangat minim didapat di sana. Sarana prasarana umum tidak diperhatikan dengan baik oleh pemerintah. Pendidikan yang tidak merata pun semakin melengkapi penderitaan masyarakat. Rakyat Papua sulit untuk melangkah maju membangun daerahnya karena rendahnya tingkat pendidikan. Kemerdekaan sepertinya masih menjadi mimpi bagi banyak orang disana. Mereka masih merasa hanya sebagai penumpang di tanah sendiri. Beruntung, Papua masih memiliki beberapa orang pahlawan pendidikan yang berusaha untuk membangkitkan Sang Mutiara Hitam dari tidurnya. Beberapa mereka seperti Johannes Surya dan Daniel Alexander. Ketimbang memilih kenikmatan pelayanan di perkotaan, mereka lebih memilih untuk melangkahkan kaki mereka di jalanan rusak desa-desa di Papua. Tanpa memandang suku, ras, dan agama, mereka berusaha meningkatkan taraf kehidupan di daerah Papua. Dan menurut mereka, salah satu aspek kunci dari kemajuan Papua adalah kecerdasan dari rakyatnya. Oleh karena itu, kedua orang ini berfokus mengembangkan pendidikan di daerah tersebut. Ketidakadilan masih bersembunyi di banyak pelosok daerah. Kemiskinan selalu menjadi momok yang harus dihadapi rakyat. Pendidikan terus menjadi mimpi yang sulit diraih oleh banyak anak-anak Indonesia. Papua dan daerah-daerah tertinggal lainnya masih membutuhkan para pahlawan pendidikan lainnya yang mau menjejakkan kakinya di tanah berlumpur pedesaan; berani meninggalkan kemapanan demi kemajuan daerah-daerah tertinggal. Sebutan pahlawan biasanya hanya diberikan kepada seseorang yang telah berjasa kepada orang lain. Seseorang yang berjuang, bahkan juga berkorban hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, sekalipun sukses, mereka tidak akan pernah disebut sebagai pahlawan. Tidak pernah ada pahlawan untuk dirinya sendiri. Pahlawan selalu dikaitkan dengan jasa yang diberikan kepada orang lain. Ada berbagai jenis atau tingkat kepehlawanan. Orang-orang yang berjuang dan berkorban untuk kepentingan bangsa dan negaranya, maka mereka itu disebut sebagai pahlawan bangsa. Bagi mereka yang berjasa hingga diakui oleh kalangan luas dan bahkan oleh pemerintah, maka tatkala meninggal dimakamkan pada tempat tersendiri, yang kemudian tempat itu disebut sebagai taman makam pahlawan. Cara tersebut dilakukan adalah sebagai tanda penghormatan kepada yang bersangkutan, dan sekaligus juga agar menjadi tauladan bagi berbagai generasi setelahnya. Prestasi, keberhasilan, kebesaran terkait dengan apa saja, selalu diperoleh dari perjuangan yang tidak sederhana. Perjuangan itu bahkan juga memerlukan pengorbanan. Tidak pernah ada keberhasilan yang diperoleh secara gratis atau tanpa usaha. Bangsa Indonesia menjadi merdeka seperti sekarang ini adalah merupakan buah dari perjuangan dan pengorbanan para pahlawannya. Mereka itu telah mengorbankan apa saja yang dimiliki untuk meraih kemerdekaan, baik pengorbanan itu berupa harta, tenaga, dan bahkan jiwanya. Ribuan orang mati, atau cacat tubuh, oleh karena berjuang merebut kemerdekaan. Namun pahlawan tidak selalu diartikan dalam lingkup besar sebagaimana dicontohkan di muka. Tetapi benar, bahwa sebutan pahlawan selalu dikaitkan dengan perjuangan dan pengorbanan. Perjuangan itu bisa dilakukan di dalam berbagai bidang, misalnya dalam bidang pendidikan, ekonomi, kebudayaan, seni, agama, dan lain-lain. Para perjuang masing di-masing bidang dimaksud telah melahirkan berbagai jenis pahlawannya. Oleh karena itu muncul sebutan pahlawan pendidikan, pahlawan gerakan sosial, budaya, politik, dan lain-lain. Ada juga sebutan pahlawan dalam pengertian terbatas, misalnya dalam lingkup keluarga. Seorang ibu dan ayah adalah menjadi pahlawan bagi para anak-anak dan cucunya. Mereka itu telah berjuang dan berkorban untuk mengantarkan mereka meraih keberhasilan hidup. Itulah sebabnya, sering kita mendengar ucapan seseorang dengan mengatakan bahwa, ibu atau ayahnya sendiri adalah pahlawannya. Penyebutan itu tentu dimaskudkan untuk memberikan penghargaan, bentuk rasa terima kasih, dan rasa syukur yang mendalam atas jasa yang telah diterimanya. Betapa pentingnya dalam hidup ini agar seseorang berbuat dan bekerja, bukan saja untuk dirinya sendiri, tetapi seharusnya juga untuk orang lain, maka hingga ukuran terbaik bagi seseorang ternyata dilihat dari seberapa besar yang bersangkutan mampu memberi manfaat bagi orang lain. Selanjutnya, supaya bisa memberi manfaat, maka siapapun harus berjuang dan sekaligus berkorban. Hidup, jangan sampai hanya menjadi orang yang diperjuangkan, tetapi sebaliknya, ialah harus menjadi pejuang. Disebutkan bahwa, tangan di atas adalah lebih baik daripada tangan di bawah. Maka agar pesan dimaksud bisa ditunaikan, maka sebagai manusia seharusnya lebih berkualitas, baik dalam ilmu pengetahuan, ekonomi, politik, pendidikan, teknologi, sosial, dan lain-lain. Perjuangan itu manakala dilakukan dengan sungguh-sungguh dan ikhlas, maka pelakunya akan tercatat sebagai pahlawan, yaitu posisi yang sangat ideal dalam kehidupan ini. [ Lima sosok ini membuktikan bahwa guru benar-benar pahlawan tanpa tanda jasa. Tanpa rasa takut dan ragu, mereka mengorbankan diri demi menuntaskan tugas mulia untuk mengajar. Siapa saja dan bagaimana kisah guru-guru inspiratif tersebut? Keep reading 🙂 1. Donor ginjal untuk siswa Seorang guru Sekolah Dasar Oakfield di Amerika Serikat bernama Jodi Schmidt rela mendonorkan ginjal untuk salah satu siswanya. Kejadian ini berawal ketika salah seorang siswanya yang bernama Natasha Fuller sudah berhari-hari tidak hadir di sekolah. Jodi pun mencari tahu kabar dari berbagai macam sumber. Ternyata, Natasha tengah berada dalam perawatan karena kondisinya menurun dan membutuhkan donor ginjal segera. Saat itu, gadis berusia 8 tahun ini dirawat di Children’s Hospital, Wisconsin. Sejak lahir Natasha telah didiognosis mengidap Prune Belly Syndrome. Sindrom ini membuatnya berisiko tinggi mengalami infeksi saluran kemih dan pengembangan otot perut. Selama ini memang Natasha wajib menjalani serangkaian pengobatan, yaitu tiga kali seminggu ke rumah sakit guna cuci darah. Nah, karena penyakit inilah akhirnya lama-kelamaan merusak ginjalnya. Jodi dan Natasha. Sumber Setelah mengetahui kabar tersebut, Jodi mempunyai rencana mulia untuk membantu Natasha. Usai berdiskusi terlebih dulu dengan suami dan keluarganya, ia membulatkan tekadnya. Ia memanggil nenek Natasha, Chris Burleton selaku wali dari Natasha untuk datang ke sekolah. Beberapa tahun belakangan gadis itu tinggal bersama kakek dan neneknya. Pada awalnya, Chris menyangka panggilan tersebut merupakan teguran dari pihak sekolah karena cucunya tak kunjung menampakkan diri. Namun, ia justru dikejutkan dengan sebuah hadiah yang sangat menggugah. Jodi memberikannya sebuah kotak berwarna merah jambu. Saat kotak tersebut dibuka, seketika Chris histeris dan menangis terharu. Di dalamnya, terdapat sebuah pesan yang menyatakan bahwa Jodi berniat untuk mendonorkan ginjalnya bagi Natasha. Sontak Chris memeluk Jodi sambil mengucap terima kasih tiada henti. 2. Mengajar dengan seutas tali Menjalani profesi sebagai guru butuh dedikasi dan kecintaan yang sangat tinggi. Hal ini dapat kamu lihat pada sosok guru dari dataran Cina yang bernama Zhu Youfang. Guru berusia 49 tahun ini mengajar Sekolah Dasar di provinsi Hubei, Cina. Selama tiga tahun ke belakang, ia menderita penyakit Spinocerebella Ataxia SCA. SCA ini penyakit langka yang membuat koordinasi tangan, bicara, serta gerak mata terganggu. Biasanya, disebabkan karena faktor genetik. Nah, ayah Zhu pun mengidap penyakit ini, smart buddies. Mengajar menggunakan alat bantu tali. Sumber Dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, Zhu sering kali kesulitan untuk beraktivitas. Mulai dari mengangkat tangan, bangkit berdiri, serta memutar kepala untuk menghadap siswa-siswinya. Ketika mengajar, ia sering kali harus berhenti dan istirahat sejenak untuk memijat kepalanya yang pusing. Untuk membantu Zhu mengajar, sang suami yang bekerja di tempat sama mengikatkan seutas tali pada papan tulis yang digunakan Zhu. Zhu jadi lebih mampu menjaga keseimbangan berkat bantuan tali tersebut. Dari pihak sekolah sendiri pun sesungguhnya telah meminta Zhu agar lebih banyak beristirahat. Mereka berjanji akan tetap membayar Zhu dengan gaji penuh. Namun, Zhu tidak menerima penawaran tersebut karena tekadnya yang kuat untuk mengajar. Ia tetap datang dengan penuh semangat untuk berbagi ilmu di sekolah tempatnya mengajar selama 31 tahun belakangan. Para anak didiknya yang mengetahui penyakit langka yang diidap gurunya pun sering menjenguk dan mendoakan agar lekas sembuh. Well, perhatian dan kasih sayang dari para siswa inilah yang menjadi sumber kekuatannya. Tidak hanya itu, dukungan tidak pernah putus datang dari rekan sesama guru, keluarga, juga wali siswa. Selama kemampuan berbicaranya tidak hilang, Zhu akan terus memantapkan dirinya untuk menjadi pengajar yang berdedikasi tinggi. 3. Mengajar siswa meski terbaring lemah di rumah sakit Guru dan siswa tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Setiap guru pasti sangat menyayangi siswanya, bahkan sudah seperti buah hatinya sendiri. Guru selalu mengupayakan segala hal agar siswanya mendapatkan hal yang terbaik, meski sedang sakit keras sekalipun. Liu mengajar para siswanya di rumah sakit. Sumber Liu Shengping, seorang guru Seni dan Ilmu Sosial di Sichuan Normal University, Cina melakukan suatu hal yang menciptakan haru. Sejak bulan April, Liu didiagnosis menderita gagal hati akut dan sirosis hati yang membuat kondisi tubuhnya semakin hari semakin lemah. Meskipun ia telah menjalani perawatan di rumah sakit sepanjang dua bulan terakhir, tapi tidak kunjung membuat tubuhnya berangsur baik. Agar dapat perawatan yang lebih baik dan juga donor hati, tentu membutuhkan biaya besar. Namun apa daya, Liu hanya bisa bersabar dengan kondisinya karena tidak ada biaya perawatan. Oleh karena keadaan inilah, Liu meminta agar siswanya datang ke rumah sakit tempat ia dirawat untuk menyampaikan materi pelajaran bagi mereka untuk terakhir kalinya. Sekitar 20 siswa hadir dan terlihat menangis menyaksikan Liu. Dari tempatnya berbaring, ia menyampaikan banyak nasihat penting untuk siswanya. Sepanjang hampir 13 menit, Liu menekankan perihal pentingnya rasa syukur dan hidup damai untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Semua yang disampaikan bertujuan agar siswa lebih tegar dalam menghadapi setiap ujian hidup. Dengan demikian, hidup akan lebih nyaman berdampingan satu dengan yang lain. Sebagai penghargaan dan memberi semangat untuk melawan penyakitnya, para siswa menyanyikan sebuah lagu Cina berjudul A Grateful Heart. Lagu ini merupakan lagu sedih yang didedikasikan untuk orang yang paling penting dan berpengaruh dalam kehidupan seseorang. 4. Menyeberangi sungai berarus deras Dikarenakan rasa cintanya yang amat besar pada profesinya, Abdul Malik rela berenang menyeberangi sungai berarus deras setiap harinya. Menurut guru asal India ini, tidak ada satu pun yang mampu memisahkan ia dan para siswanya. Pria asal kota Malappuram ini sudah dua dekade lamanya nekad berenang di air yang mencapai setinggi lehernya. Abdul Malik menyeberangi sungai deras untuk mengajar. Sumber Hal ini dilakukan lantaran jarak antara tempat tinggalnya dengan sekolah lebih dekat ditempuh melalui sungai. Bisa-bisa saja ia menggunakan bus, namun jaraknya sekitar 12 kilometer dan butuh waktu 3 jam lamanya. Menurutnya, berenang melintasi sungai akan lebih cepat dan membuatnya tepat waktu sampai di sekolah. Saat berenang, ia mengganti baju kerjanya dan dimasukkan ke dalam kantong plastik. Setibanya di seberang, barulah ia mengganti dan meneruskan perjalanan ke sekolah dengan berjalan kaki. 5. Mengajar tanpa lengan Terakhir, sosok guru inspiratif ini datang dari negeri tercinta, Indonesia. Pak Untung sudah 24 tahun lamanya mengabdi sebagai guru honorer di sebuah Madrasah Ibtidaiyah MI Miftahul Ulum di Sumenep, Madura, Jawa Timur. Ia memiki keterbatasan fisik, yaitu tidak memiliki lengan. Namun hal ini tentu tidak kunjung membuatnya pesimis dalam menjalani profesi mulia tersebut. Pak Untung lihai menulis huruf Arab dengan kakinya. Sumber liputan6 Hal ini dibuktikan dengan opini dari para siswa yang mengaku sangat betah, senang, bahkan sayang dengan Pak Untung. Meskipun tanpa lengan, bukan berarti ia tidak bisa melakukan tugas-tugas yang dilakukan guru pada umumnya. Ia sangat profesional dalam mengajar. Menulis di papan tulis, memberikan nilai, dan sebagainya. Bahkan, jari-jari kakinya amat lihai dalam menulis huruf Arab lho, smart buddies. Ia pun tidak canggung mengoperasikan laptop. Akan tetapi, sungguh disayangkan profesionalitasnya sebagai guru belum mendapat penghargaan yang sepadan. Upahnya dalam sebulan pun hanya’ 300 ribu rupiah. Demi memenuhi biaya hidup sehari-hari Pak Untung beternak ayam dan juga mengajar pengajian dengan bayaran seikhlasnya. Kita doakan semoga Pak Untung sehat selalu dan diberi rezeki ya, smart buddies. Itulah tadi lima sosok guru yang mengorbankan dirinya sepenuh hati demi mencerdaskan dunia. Semoga bisa menjadi inspirasi kamu ke depannya. Apa kamu punya cerita inspiratif lainnya? Ceritakan di kolom komentar ya! TN

artikel tentang guru sebagai sosok pahlawan